Penulis : NUR CHOLIS, M.Pd. (Guru MIN 2 Ponorogo)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Etika sangat penting bagi pengembangan ilmu, apapun disiplinnya. Tanpa mempertimbangkan tujuan untuk kehidupan kemanusiaan dan keberlangsungan lingkungan hidup baik hayati maupun non hayati adalah pembunuhan diri eksistensi manusia. Etika merupakan salah satu bagian dari teori tentang nilai atau yang dikenal dengan aksiologi. Aksiologi itu sendiri ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Di dunia ini terdapat banyak cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang khusus seperti ekonomi, estetika, etika, filsafat agama dan epistimologi.
Di berbagai media massa banyak membicarakan tentang terori yang melakukan serangkaian pemboman di berbagai tempat di Indonesia. Di balik bom teroris tersebut ternyata menyisakan suatu masalah bahwa pemahaman keagamaan yang tidak didialogkan dengan permasalahan-permasalahan yang sudah ada sebelumya dan tidak dikomunikasikan dengan ilmuwan agama lainnya ternyata bisa menimbulkan korban manusia-manusia tak bersalah. Contoh di atas merupakan salah satu problem etika dalam ilmu.
Sehubungan dengan paparan tersebut di atas, maka sangatlah penting mempelajari etika. Makalah ini mencoba membahas tentang etika. Bagian dari penjabaran filsafat ilmu yang perlu untuk dipelajari.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis merumuskan beberapa masalah yang perlu dibahas:
- Apakah pengertian, objek, fungsi, dan aliran-aliran dari etika ?
- Apakah manfaat mempelajari Etika ?
- Apakah problem etika dalam ilmu?
- Apakah ilmu itu bebas nilai atau tidak bebas nilai?
B. Tujuan Pembahasan
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam paparan makalah ini adalah:
- Mengetahui pengertian, objek, fungsi, dan aliran-aliran dari etika,
- Memahami manfaat mempelajari Etika.
- Mengenal problem etika dalam ilmu.
- Mengetahui ilmu itu bebas nilai atau tidak bebas nilai.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika, Objek, Fungsi, dan Aliran dalam Etika
Sebagaimana telah dijelaskan pada pendahuluan, etika merupakan bagian dari cabang filsafat. Filsafat sendiri berasal dari bahasa Yunani “Philo” yang artinya cinta, dan “Sophia” yang berarti kebijaksanaan. Sehingga secara etimologi, filsafat berarti cinta pada ilmu dan hikmah. Sedangkan menurut istilah adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat Tuhan dan alam semesta.
Sedangkan Etika berasal dari bahasa Latin “ethic” dan ada juga “etos” yang artinya kebiasaan, habit, custom.[1] Etika disebut juga ilmu normatif, karena di dalamnya mengandung norma dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan. Sebagian orang menyebut etika dengan moral atau budi pekerti. Ilmu etika adalah ilmu yang mencari keselarasan perbuatan-perbuatan manusia dengan dasar yang sedalam-dalamnya yang diperoleh dengan akal budi manusia.
Menurut KBBI, filsafat etika adalah
- ilmu tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
- kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
- nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.[2]
Jadi, filsaftat etika adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia yang baik dan buruk. Dasar filsafat etika yaitu etika individual sendiri. Menurut hukum etika, suatu perbuatan itu dinilai dari 3 tingkat, yaitu :
a. Tingkat pertama : semasa belum lahir menjadi perbuatan, yakni berupa rencana dalam hati atau niat.
b. Tingkat kedua : perbuatan nyata atau pekerti
c. Tingkat ketiga : akibat atau hasil dari perbuatannya itu = baik atau buruk.[3]
Ciri khas etika :
1. Selalu terikat oleh tingkah laku manusia dalam kedudukannya sebagai individu, masyarakat, dan makhluk Tuhan.
- Terkandung value atau nilai yang tolok ukurnya adalah benar atau salah
- Merupakan tata laku yang harus dipatuhi manusia dalam berperilaku
- Terkadang tumbuh dari mitos yang diyakini masyarakat secara turun temurun yang diyakini dari hasil pemikiran orang-orang bijak yang memiliki kharisma dalam masyarakat
- Kepatuhan terhadap etika bersifat sukarela, kesadaran, tidak dipaksa, dan sanksinya berupa sanksi moral yang berlaku pada masyarakat itu.
Objek etika
Objek etika adalah segala kebiasaan, tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan manusia. Etika tidak mempelajari perbuatan-perbuatan hewan, walaupun hewan itu dilatih sekalipun.[4]
Fungsi etika adalah mensikronkan kerja jiwa dengan kerja otak, di mana kemauan itu diletakkan sebagai indikator, supaya hidup ini dapat ditempuh dengan harmonis.
Jenis-jenis etika ada banyak, diantaranya adalah :
- Etika Naturalisme : yang beranggapan bahwa kebahagiaan manusia didapat dari panggilan fitrah kejadian manusia sendiri.
- Etika Hedonisme : yang berpendapat bahwa perbuatan susila itu perbuatan yang menimbulkan kenikmatan.
- Etika utilitarianisme : menilai baik buruk perbuatan manusia ditinjau dari besar kecilnya manfaat bagi manusia itu sendiri.
- Etika Idealisme : manusia tidak boleh terikat pada sebab musabab lahir, akan tetapi berdasar pada tingkat kerohanian atau ide yang lebih tinggi .
- Etika Vitalisme : menilai baik buruknya perbuatan manusia itu sebagai ukuran ada tidaknya daya hidup atau vital yang maksimum mengendalikan perbuatan itu.
- Etika Theologis : ukuran baik dan buruk manusia itu dinilai dengan sesuai tidaknya dengan perintah Tuhan.[5]
B. Manfaat mempelajari etika
1. Orang dapat memahami bahwa manusia sebagai makhluk sosial bisa menyadari perilakunya terikat oleh nilai-nilai moral yang tumbuh, berkembang, dan dipatuhi oleh semua orang agar tercipta kehidupan harmonis.
2. Orang dapat menyadari bahwa nilai moral bisa berbeda di tempat satu dengan yang lain, di zaman satu ke zaman lain.
3. Orang dapat menyadari bahwa kriteria moral berasal dari berbagai sumber, dan orang harus selektif dalam memilihnya
4. Membentuk hati nurani peserta didik dalam bidang pendidikan.
C. Etika ilmu: Problem Nilai dalam Ilmu
Etika merupakan salah satu bagian dari teori tentang nilai atau yang dikenal dengan aksiologi. Etika mencakup persoalan-persoalan tentang hakikat kewajiban moral, prinsip-prinsip moral dasar, apa yang harus manusia ikuti dan apa yang baik bagi manusia. Etika adalah pembahasan mengenai baik (good), buruk (bad), semestinya (ought to), benar (right), dan salah (wrong). Yang paling menonjol adalah tentang baik atau good dan teori tentang kewajiban (obligation). Keduanya bertalian dengan hati nurani. Bernaung di bawah filsafat moral. Etika merupakan tatanan konsep yang melahirkan kewajiban itu, dengan argument bahwa kalau sesuatu tidak dijalankan berarti akan mendatangkan bencana atau atau keburukan bagi manusia.
Oleh karena itu, etika pada dasarnya adalah seperangkat kewajiban-kewajiban tentang kebaikan (good) yang pelaksanaanya tidak ditunjuk.
Penerapan dari ilmu membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan dan kadang-kadang mempunyai pengaruh pada proses perkembangan ilmu. Tanggung jawab etis, merupakan hal yang paling menyangkut kegiatan maupun penggunaan ilmu.
Dalam hal ini berarti ilmuwan dalam mengembangkan ilmu harus memperhatikan kodrat dan martabat manusia, manjaga keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab pada kepentingan umum, dan generasi yang akan datang, serta bersifat universal, karena hakikat ilmu adalah untuk mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia bukan untuk menghancurkan eksistensi manusia.
Tanggung jawab etis tidak hanya menyangkut mengupayakan penerapan ilmu secara tepat dalam kehidupan manusia. Akan tetapi, menyadari juga apa yang seharusnya di kerjakan atau tidak dikerjakan untuk memperkokoh kedudukan serta martabat manusia, baik dalam hubungannya sebagai pribadi, dengan lingkungannya maupun sebagai makhluk yang bertanggung jawab terhadap khaliknya.
Jadi tugas terpenting ilmu adalah menyediakan bantuan agar manusia dapat sungguh-sungguh mencapai pengertian tentang martabat dirinya. Ilmu bukan saja sarana untuk mengembangkan diri manusia, tetapi juga mrupakan hasil perkembangan dan kreatifitas manusia itu sendiri.
D. Ilmu: Bebas nilai atau Tidak Bebas Nilai
1. Bebas Nilai
Aliran ini memandang bahwa ilmu itu harus bersifat netral, bebas dari nilai-nilai ontologi dan aksiologi. Dalam hal ini, fungsi ilmuwan adalah menemukan pengetahuan selanjutnya terserah kepada orang lain untuk mempergunakan untuk tujuan baik atau buruk. Kelompok pertama ini ingin melanjutkan tradisi kenetralannya secara total seperti pada waktu Galileo. Menurut aliran ilmu bebas nilai atau value free pembatasan-pembatasan etis hanya akan membatasi eksplorasi pengembangan ilmu. Bebas nilai sebagaimana Situmorang menyatakan bahwa bebas nilai artinya tuntutan terhadap setiap kegiatan ilmiah agar di dasarkan pada hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri. Menurutnya ada tiga faktor sebagai indikator bahwa pengetahuan itu bebas nilai, yaitu sebagai berikut:
- Ilmu harus bebas dari pengandaian, yakni bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor politis, idiologis, agama, budaya, dan unsur kemasyarakatan lainnya
- Perlunya kebebasan ilmiah agar otonomi ilmu pengetahuan terjamin. Kebebasan itu menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri
- Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat kemajuan ilmu, karean nilai etis itu sendiri bersifat universal
Dalam pandangan ilmu bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas bisa jadi dibenarkan untuk kepentingan ilmu itu sendiri, seperti juga ekspresi seni yang menonjolkan pornoaksi dan pornografi adalah sesuatu yang wajar karena ekspresi tersebut semata-mata untuk seni.
- Tidak Bebas Nilai
Berbeda dengan ilmu yang bebas nilai, ilmu yang tidak bebas nilai memandang bahwa ilmu itu selalu terkait dengan nilai dan harus dikembangkan dengan pertimbangan aspek nilai. Pengembangan ilmu jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai, kepentingan-kepentingan, baik politis, ekonomis, sosial, religious, dsb.
Jurgen Habermas berpendapat bahwa ilmu bahkan ilmu alam sekalipun tidaklah mungkin bebas nilai karena pengembangan setiap ilmu selalu ada kepentingan-kepentingan. Dia membedakan tiga ilmu dengan kepentingan masing-masing :
- Ilmu-ilmu alam yang bekerja secara empiris dan analitis, ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam yang bekerja secar aempiris dan menyajikan hasil penyelidikan itu untuk kepentingan-kepentingan manusia.
- Pengetahuan yang mempunyai pola yang sangat berlainan sebab tidak menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu, melainkan memahami manusia sebagai sesamanya, memperlancar hubungan sosial.
- Teori kritis yang membongkar penindasan dan mendewasakan manusia pada otonomi dirinya sendiri.
Jelas sekali dalam pandangan Habermas bahwa ilmu itu sendiri di kontruksi untuk kepentingan-kepentingan tertentu, yakni nilai relasional antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia, dan nilai penghormatan terhadap manusia.
Problem ilmu bebas nilai atau tidak bebas nilai sebenarnya menunjukkan suatu hubungan antara ilmu dan etika. Pendapat-pendapat yang mengatakan bahwa ada tiga pandangan tentang hubungan ilmu dan etika.
Pendapat pertama, mengatakan bahwa ilmu merupakan suatu sistem yang saling berhubungan dan konsisten dari ungkapan-ungkapan yang sifat bermakna atau tidak maknanya dapat ditentukan. Ilmu dipandang semata-mata sebagai aktivitas ilmiah, logis, dan berbicara tentang fakta semata.
Pendapat kedua, menyatakan bahwa etika dapat berperan dalam tingkah laku ilmuwan, seperti pada bidang penyelidikan, putusan-putusan mengenai baik tidaknya penyingkapan hasil-hasil dan petunjuk mengenai penerapan ilmu, tetapi tidak dapat berpengaruh pada ilmu itu sendiri. Dengan kata lain memang ada tanggung jawab dalam diri ilmuwan, namun dalam struktur logis ilmu itu sendiri tidak ada petunjuk etis yang dipertanggung jawabkan.
Pendapat ketiga, menyatakan bahwa aktivitas ilmiah tidak dapat dilepaskan begitu saja dari aspek-aspek kemanusiaan, sebab tujuan utama ilmu adalah untuk kemaslahatan umat manusia.
Berlainan dengan etika ilmu lebih menekankan pentingnya obyektivitas kebenaran, bukan nilai. Yang terpenting dalam ilmu bukanlah nilai melainkan kebenaran. Namun demikian dalam aspek penggunaan atau penerapan ilmu untuk kepentingan kehidupan manusia dan ekologi, etika memiliki peran yang sangant menentukan tidak hanya bagi pengembangan ilmu selanjutnya tetapi juga bagi keberlangsungan eksistensi manusia.
Etika dengan demikian lebih merupakan suatu dimensi pertanggung jawaban moral dari ilmu. Apabila diperhatikan dengan seksama. Sebenarnya berpihaknya ilmu pada etika bukan berarti menghambat laju pengembangan ilmu. Karena pertanggungjawaban etis dari ilmu lebih bermakna pada keberlangsungan eksistensi manusia. Jika hal ini terjadi ancaman eksistensi manusia dan kerusakan ekologi bisa mudah terjadi dan oleh karenanya pengembangan ilmu juga akan terganggu.
E. Problematika Etika dan Tanggungjawab Ilmu Pengetahuan
Kenyataan bahwa ilmu pengetahuan tidak boleh terpengaruh oleh nilai-nilai yang letaknya di luar ilmu pengetahuan dapat diungkapkan juga dengan rumusan singkat bahwa ilmu pengetahuan itu seharusnya bebas. Namun demikian jelaslah kiranya bahwa kebebasan yang dituntut ilmu pengetahuan sekali-kali tidak sama dengan ketidakterikatan mutlak. Patutlah kita menyelidiki lebih lajut bagaimana kebebasan ini.
Bila kata “kebebasan” dipakai, yang dimaksudkan adalah dua hal: kemungkinan untuk memilih dan kemampuan atau hak subjek bersangkutan untuk memilih sendiri. Supaya terdapat kebebasan, harus ada penentuan sendiri dan bukan penentuan dari luar.
Etika memang tidak masuk dalam kawasan ilmu pengetahuan yang bersifat otonom, tetapi tidak dapat disangkal ia berperan dalam perbincangan ilmu pengetahuan. Tanggungjawab etis, merupakan hal yang menyangkut kegiatan maupun penggunaan ilmu pengetahuan. Dalam kaitan hal ini terjadi keharusan untuk memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggungjawab pada kepentingan umum, kepentingan pada generasi mendatang, dan bersifat universal . Karena pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah untuk mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia bukan untuk menghancurkan eksistensi manusia.
Tanggungjawab etis ini bukanlah berkehendak mencampuri atau bahkan “menghancurkan” otonomi ilmu pengetahuan, tetapi bahkan dapat sebagai umpan balik bagi pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri, yang sekaligus akan memperkokoh eksistensi manusia.
Pada prinsipnya ilmu pengetahuan tidak dapat dan tidak perlu dicegah perkembangannya, karena sudah jamaknya manusia ingin lebih baik, lebih nyaman, lebih lama dalam menikmati hidupnya. Apalagi kalau melihat kenyataan bahwa manusia sekarang hidup dalam kondisi sosio-tekhnik yang semakin kompleks. Khususnya ilmu pengetahuan – berbentuk tekhnologi – pada masa sekarang tidak lagi sekedar memenuhi kebutuhan manusia, tetapi sudah sampai ke taraf memenuhi keinginan manusia. Sehingga seolah-olah sekarang ini tekhnologilah yang menguasai manusia bukan sebaliknya.
BAB III
PENUTUP
Berbicara etika sama artinya dengan berbicara tentang moral atau susila, mempelajari kaidah-kaidah yang membimbing kelakuan manusia sehingga baik dan lurus. Penilaian moral diukur dari sikap manusia sebagai pelakuknya, timbul pula perbedaan penafsiran. Dari makalah yang telah penulis paprkan ini, dapat diketahui bahwa etika itu sangat penting bagi pengembangan ilmu. Karena ilmu itu diciptakan untuk kemaslahatan umat manusia.
Ketika pengembangan ilmu tidak dibarengi dengan etika maka bayangkanlah resiko bahwa ilmu akan terkutuk menjadi perkakas yang berbahaya, yang bergiat demi penghambaannya kepada jenderal-jenderal yang gila perang dan gembong-gembong kekaisaran industri yang rakus. Etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk.
Dengan belajar etika diharapkan kita dapat mengetahui dan memahami tingkah laku apa yang baik menurut suatu teori-teori tertentu, dan sikap yang baik sesuatu dengan kaidah etika.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri Ghazali, Usman, dan Alim. 2005. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN SUKA
Burhanuddin salam. 2000. Etika Individual. Jakarta : Asdi Mahasatya
Juhaya S. Praja. 1997. Aliran-aliran filsafat dan etika. Bandung : Yayasan Piara
Muntasyir, Rizal, dan Misnal Munir. 2000.Filsafat Ilmu. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Asmoro Achmadi. 1995. Filsafat umum. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Poespoprodjo. 1988. Filsafat Moral. Bandung : Remaja Karya
Soegiono,Tamsil. 2012. Filsafat pendidikan teori dan praktik. Bandung : PT .Remaja Rosdakarya
Surajiyo.2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara
[1] Filsafat umum. Asmoro Achmadi. 1995. Jakarta : Raja Grafindo Persada
[2] Filsafat pendidikan teori dan praktik. Soegiono,Tamsil. 2012. Bandung : PT .Remaja Rosdakarya
[3] Etika Individual. Burhanuddin salam. 2000. Jakarta : Asdi Mahasatya
[4] Aliran-aliran filsafat dan etika. Juhaya S. Praja. 1997. Bandung : Yayasan Piara
[5] Etika individual. Burhanuddin salam. 2000. Jakarta : Asdi Mahasatya